Peringatan Maulid Nabi, Amanatul Ummah Hadirkan Budayawan Indonesia
Peringatan
Maulid Nabi Akbar di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Jawa Timur selesai
digelar pada Sabtu malam, 28 September 2024. Peringatan maulid ini merupakan acara
gabungan dari 5 lembaga pendidikan: MTS Amanatul Ummah, SMPBP Amanatul Ummah,
MAI Amanatul Ummah, MBI Amanatul Ummah, dan SMABP Amanatul Ummah. Peringatan
ini turut mengundang budayawan Indonesia, H. Muhammad Syakirun dan dimeriahkan
oleh tim hadroh Ahbabul Musthafa dari Lamongan.
H.
Muhammad Syakirun (Abah Kirun) merupakan seorang pendakwah, pelawak, dan
seniman yang berasal dari Madiun, Jawa Timur. Sudah terhitung tujuh kali
kunjungan beliau ke pondok Amanatul Ummah untuk mengisi acara atau hanya sekadar
silaturahmi. Dengan metode penyampaian dakwah yang interaktif, Abah Kirun
membuat majelis menjadi santai, tetapi tetap bisa mendapatkan ilmu yang
disampaikan. Tidak hanya menyampaikan materi tentang ilmu agama, Abah Kirun
menyisipkan humor, kebudayaan, kewarganegaraan dan pentingnya peran santri
terhadap NKRI.
“Para
wali dan sunan yang ada di Indonesia sejatinya merupakan seorang santri.
Beliau-beliau paham betul bagaimana jamaahnya dahulu. Maka yang ditanamkan
dahulu adalah keyakinan di dalam hati tentang agama. Itulah sebabnya, Islam
menjadi besar di Indonesia dengan kedamaian dan kerukunan. Indonesia tidak akan
hancur selama ada santri yang membentengi NKRI.” tutur Abah Kirun
Berkembangnya
zaman juga menjadi salah satu faktor dari mordenisasi santri. Kemajuan
teknologi dan pemikiran membuat santri zaman sekarang generasi unggul yang
dapat membanggakan negara, dengan tidak melepaskan budaya yang sudah menjadi
tradisi sehari-hari.
“Budaya
yang bisa dirasakan sehari-hari adalah adab dan unggah--ungguh terhadap orang
lain. Contohnya yang ada di Jawa yaitu pemakaian ‘kulonuwun’. Selain itu,
budaya sebagai pengingat umat manusia seperti pada lagu Turi Putih. Lagu itu
merupakan pengingat bahwa manusia kelak hanya menjadi seperti batang yang ada
di tanah. Jauh dari permasalahan duniawi dan hanya menunggu turunnya syafaat
dari Rasulullah saw.,” petuah Abah Kirun.
Abah
Kirun juga menuturkan bahwa bahasa merupakan bentuk budaya dan kekayaan suatu
daerah/negara. Seperti halnya ilmu, budaya juga penting bagi santri. Seorang
santri memiliki andil yang besar untuk melestarikan budaya Indonesia.
“Budaya
memiliki peran yang penting dalam memperkuat karakter santri. Karena santri
diajarkan hidup dalam kerukunan, saling welas asih, menghormati yang tua dan
menyayangi yang muda. Santri juga dididik untuk senantiasa menghargai
keberagaman suku, ras, bahasa, dan budaya. Toleransi dalam beragama juga tetap
dijaga sehingga dapat menciptakan kehidupan bermasyarakat yang harmonis, saling
menghargai, dan saling mengasihi,” tutur Gus Abdul Chalim Sayyid Dhuha, Putra
Bungsu Pengasuh PP. Amanatul Ummah saat diwawancarai oleh kru Himmatuna.
Penulis: Zadjuria Rizky R.
Posting Komentar