Gebyar HUT Gamajatim: Merayakan Usia Dengan Pagelaran Seni
Perayaan ini dimulai dengan agenda akademis, yakni Takrim Mutafawwiqin.
Sejumlah mahasiswa/i Gamajatim dari berbagai jurusan dan tingkat yang berhasil
mendapat nilai jayyid jiddan dan mumtaz dipersilahkan maju untuk
menerima penghargaan beserta hadiah. Semua orang bertepuk riuh tatkala tiga
nama terakhir dipanggil dengan predikat mumtaz.
Adalah hal membanggakan bagi Gamajatim memiliki warga yang bersinar dalam
hal akademik. Namun, tidak lantas semua warga harus menjadi demikian. Dewan
Konsultatif Gamajatim, Mukhlason Jalaluddin, Lc., MA., dalam sambutannya bahkan
berharap warga Gamajatim juga dapat mengembangkan potensinya di bidang yang
lain.
”Gamajatim sudah memasuki umurnya yang ke-26. Selain usia yang semakin
bertambah, kita juga harus menambah prestasi dari segi akademik maupun non
akademik,” ucap beliau.
Rangkaian acara kemudian beralih pada agenda yang ditunggu-tunggu, yakni
pagelaran seni. Pagelaran dibuka dengan cuplikan tampilan yang saling bertaut
dalam konsep grand opening. Beberapa penampilan, seperti Tari Beksan
Parisuko; Tari Reog; dan Jabbawokez, terintegrasi dengan baik dan menghadirkan
suasana yang pecah! Uniknya, suasana ini kemudian diredam dengan kehidmatan
yang dihadirkan saat alunan lagu Indonesia Raya lembut terdengar.
Masih dengan warna suasana yang sama, acara selanjutnya beralih pada paduan
suara oleh sekolompok anak kecil. Sebagian penonton yang mulanya duduk tenang
di tempat masing-masing, bergegas maju demi merekam kelucuan sekelompok bocah
yang sedang unjuk bakat. Tentu, sebagian dari penonton yang berada di barisan
paling depan dengan kamera di tangan, adalah ibu-ibu yang ingin mengabadikan
momen buah hati mereka.
Jika penampilan sebelumnya bersifat santai dan menghibur, penampilan
selanjutnya justru menghadirkan sensasi sebaliknya. Seolah ajang pengenalan,
tiga perguruan pencak silat masyhur di Masisir dihadirkan dengan seni jurus
masing-masing yang dikemas dalam penampilan memukau. Ketiga perguruan tersebut
ialah Pagar Nusa (PN), Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), serta Tapak Suci
(TS). Ketiganya juga menghadirkan adegan fisik yang mengundang sensasi
mendebarkan, seperti seni tarung, memecahkan balok es batu, serta memecahkan
tongkat kayu.
Usai merasakan sensasi mendebarkan, penonton kembali diajak bersantai
dengan menikmati penampilan seni tari tradisional. Seiring dengan provinsi Jawa
Timur yang memiliki berbagai daerah dengan beragam adat istiadat, seni tari
dalam perayaan tahunan ini pun selalu dihadirkan dengan konsep baru. Seperti
tahun ini, seni tari yang dibawakan adalah Tari Beksan Parisuko dari adat
Madiun, disusul dengan Tari Reog dari Ponorogo.
Baik tarian tradisional dan pencak silat, keduanya merupakan bagian dari
kekayaan kesenian Indonesia yang terus berusaha dilestarikan Gamajatim dalam
perayaan tahunannya. Kendati demikian, pagelaran seni yang dihadirkan tidak
hanya bersifat tradisionalis, melainkan juga seni pop modern. Ialah
Jabbawockeez, tarian hip-hop dari Amerika yang senantiasa dihadirkan setiap
tahunnya.
Terakhir, perayaan ulang tahun Gamajatim ditutup dengan mengenang sejarah
Gamajatim melalui musikalisasi puisi, serta penampilan yang selalu
ditunggu-tunggu tiap tahunnya, yakni grup musik Pandawa. Meskipun beberapa
personil Pandawa telah bertolak ke Indonesia, tetapi regenerasi Pandawa
berjalan dengan baik. Setiap lagu yang dibawakan seolah menjadi tempat rehat
bagi warga Gamajatim untuk bersatu, menari, dan menikmati penghujung acara
dengan perasaan bahagia yang tumpah ruah.
Perayaan HUT adalah acara tahunan Gamajatim. Namun tidak dapat dimungkiri
bahwa perayaan yang digelar tahun ini tampak lebih meriah. Beberapa hal yang
menjadi indikator ialah pemilihan tempat, pemilihan beberapa kostum yang
dihadirkan langsung dari Indonesia, serta beberapa hadiah kecil kepada hadirin
seperti stiker dan lightsick.
”Tema yang kami bawakan memiliki arti ’Bersatu Kita Berkarya, Bersama
Kita Berbudaya’. Maka dari itu, kami menyuguhkan tampilan dari beberapa elemen
kebudayaan. Kami juga memberikan stiker dan light stick untuk para hadirin
sebagai kenang-kenangan dari HUT Gamajatim ke-26,” tutur Michelle Azka,
selaku ketua panitia.
Redaktur: Salsadila Musrianti
Posting Komentar