Gebyar HUT Gamajatim: Merayakan Usia Dengan Pagelaran Seni

 

 Perayaan HUT Gamajatim XXVI

Tepat pada tanggal 28 November 2024, sekitar 800 hadirin meramaikan malam puncak Hari Ulang Tahun (HUT) Gamajatim XXVI di Aula Golden Halls, Nadi Sikkah. Dengan mengangkat tema Manunggal Tansah Makaryo, Sesarengan Nguri-Uri Budoyo, Gamajatim merayakan usianya yang ke-26 dengan pagelaran seni khas Jawa Timur.

Perayaan ini dimulai dengan agenda akademis, yakni Takrim Mutafawwiqin. Sejumlah mahasiswa/i Gamajatim dari berbagai jurusan dan tingkat yang berhasil mendapat nilai jayyid jiddan dan mumtaz dipersilahkan maju untuk menerima penghargaan beserta hadiah. Semua orang bertepuk riuh tatkala tiga nama terakhir dipanggil dengan predikat mumtaz.

Adalah hal membanggakan bagi Gamajatim memiliki warga yang bersinar dalam hal akademik. Namun, tidak lantas semua warga harus menjadi demikian. Dewan Konsultatif Gamajatim, Mukhlason Jalaluddin, Lc., MA., dalam sambutannya bahkan berharap warga Gamajatim juga dapat mengembangkan potensinya di bidang yang lain.

Gamajatim sudah memasuki umurnya yang ke-26. Selain usia yang semakin bertambah, kita juga harus menambah prestasi dari segi akademik maupun non akademik,” ucap beliau.

Rangkaian acara kemudian beralih pada agenda yang ditunggu-tunggu, yakni pagelaran seni. Pagelaran dibuka dengan cuplikan tampilan yang saling bertaut dalam konsep grand opening. Beberapa penampilan, seperti Tari Beksan Parisuko; Tari Reog; dan Jabbawokez, terintegrasi dengan baik dan menghadirkan suasana yang pecah! Uniknya, suasana ini kemudian diredam dengan kehidmatan yang dihadirkan saat alunan lagu Indonesia Raya lembut terdengar.

Masih dengan warna suasana yang sama, acara selanjutnya beralih pada paduan suara oleh sekolompok anak kecil. Sebagian penonton yang mulanya duduk tenang di tempat masing-masing, bergegas maju demi merekam kelucuan sekelompok bocah yang sedang unjuk bakat. Tentu, sebagian dari penonton yang berada di barisan paling depan dengan kamera di tangan, adalah ibu-ibu yang ingin mengabadikan momen buah hati mereka.

Jika penampilan sebelumnya bersifat santai dan menghibur, penampilan selanjutnya justru menghadirkan sensasi sebaliknya. Seolah ajang pengenalan, tiga perguruan pencak silat masyhur di Masisir dihadirkan dengan seni jurus masing-masing yang dikemas dalam penampilan memukau. Ketiga perguruan tersebut ialah Pagar Nusa (PN), Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), serta Tapak Suci (TS). Ketiganya juga menghadirkan adegan fisik yang mengundang sensasi mendebarkan, seperti seni tarung, memecahkan balok es batu, serta memecahkan tongkat kayu.

Usai merasakan sensasi mendebarkan, penonton kembali diajak bersantai dengan menikmati penampilan seni tari tradisional. Seiring dengan provinsi Jawa Timur yang memiliki berbagai daerah dengan beragam adat istiadat, seni tari dalam perayaan tahunan ini pun selalu dihadirkan dengan konsep baru. Seperti tahun ini, seni tari yang dibawakan adalah Tari Beksan Parisuko dari adat Madiun, disusul dengan Tari Reog dari Ponorogo.

Baik tarian tradisional dan pencak silat, keduanya merupakan bagian dari kekayaan kesenian Indonesia yang terus berusaha dilestarikan Gamajatim dalam perayaan tahunannya. Kendati demikian, pagelaran seni yang dihadirkan tidak hanya bersifat tradisionalis, melainkan juga seni pop modern. Ialah Jabbawockeez, tarian hip-hop dari Amerika yang senantiasa dihadirkan setiap tahunnya.

Terakhir, perayaan ulang tahun Gamajatim ditutup dengan mengenang sejarah Gamajatim melalui musikalisasi puisi, serta penampilan yang selalu ditunggu-tunggu tiap tahunnya, yakni grup musik Pandawa. Meskipun beberapa personil Pandawa telah bertolak ke Indonesia, tetapi regenerasi Pandawa berjalan dengan baik. Setiap lagu yang dibawakan seolah menjadi tempat rehat bagi warga Gamajatim untuk bersatu, menari, dan menikmati penghujung acara dengan perasaan bahagia yang tumpah ruah.

Perayaan HUT adalah acara tahunan Gamajatim. Namun tidak dapat dimungkiri bahwa perayaan yang digelar tahun ini tampak lebih meriah. Beberapa hal yang menjadi indikator ialah pemilihan tempat, pemilihan beberapa kostum yang dihadirkan langsung dari Indonesia, serta beberapa hadiah kecil kepada hadirin seperti stiker dan lightsick.

Tema yang kami bawakan memiliki arti ’Bersatu Kita Berkarya, Bersama Kita Berbudaya’. Maka dari itu, kami menyuguhkan tampilan dari beberapa elemen kebudayaan. Kami juga memberikan stiker dan light stick untuk para hadirin sebagai kenang-kenangan dari HUT Gamajatim ke-26,” tutur Michelle Azka, selaku ketua panitia.

  

Redaktur: Salsadila Musrianti

Posting Komentar

To Top